Meriahnya Melasti dan Keheningan Nyepi, Umat Hindu Kabupaten Pekalongan Rayakan Tahun Baru Caka 1946





Pada hari Jumat, tanggal 8 Maret 2024 kemarin, umat Hindu di Desa Linggoasri dan sekitarnya melaksanakan Melasti di Linggoasri Pekalongan. Sekitar 200 orang umat Hindu hadir dalam acara tersebut. Acara dimulai dengan memberikan penghormatan kepada para dewata di Pura Kalingga Satya Dharma, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke tempat pelastian di Kalipaingan.

Setibanya di Kalipaingan, kegiatan dimulai dengan pemujaan dan dilanjutkan dengan membersihkan sarana dan prasarana upacara. Selanjutnya, dilakukan pengambilan tirta suci dari 3 sumber mata air, yakni mata air sunan kalijaga, batu lingga dan patra guna, diikuti oleh persembahyangan bersama. Setelah itu, mereka kembali ke Pura, dan pada malam harinya, dilakukan persembahyangan bersama lagi. Persembahyangan bersama dilakukan setiap malam hingga tanggal 10 Maret.

Puncak perayaan Nyepi adalah pawai ogoh-ogoh yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret di Pura Kalingga Satya Dharma dan diarak keliling desa Linggoasri. Menurut kitab Sundari Gama, makna dari upacara Melasti adalah membersihkan diri dari segala hal yang tidak baik, sebagai persiapan memasuki tahun baru Saka dengan harapan bisa meningkatkan perbuatan baik.

Mbah Waris selaku tokoh agama Hindu berharap agar setiap individu dapat melakukan perbuatan baik yang lebih baik lagi di tahun-tahun yang akan datang. Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas dan kondusifitas keamanan. Tema nasional perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1946 adalah "Melalui Catur Brata Penyepian Kita Tingkatkan Soliditas Sebagai Perekat Keberagamaan Dalam Menjaga Keutuhan NKRI." Oleh karena itu, penting untuk mewujudkan toleransi dan kerukunan umat beragama.


 

Posting Komentar

0 Komentar