Profil Desa Linggoasri

 



Desa Linggoasri terletak di Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan. Wilayah desa ini berbatasan dengan Desa Pekiringan Ageng di sebelah utara, Desa Brengkolan di sebelah timur, Desa Tenogo di sebelah selatan, dan Desa Kutorojo di sebelah barat. Dengan luas wilayah 1.000 hektar yang sebagian besar berupa hutan dan ketinggian 650 meter di atas permukaan laut, Desa Linggoasri memiliki suhu yang cukup rendah. Mayoritas masyarakat desa ini bekerja di sektor pertanian, termasuk mengelola sawah, kebun, dan peternakan.

Di bidang pendidikan, Desa Linggoasri memiliki 3 sekolah usia dini, 1 Taman Kanak-Kanak, dan 2 Sekolah Dasar. Sekolah-sekolah tersebut antara lain Pratama Widya Pasraman "Saraswati," Pos Paud Anggrek, KB. Dadi Mulia, Taman Kanak-Kanak Satu Atap, SD Negeri 01 Linggoasri, dan SD Negeri 02 Linggoasri.

Selain itu Desa Linggoasri sudah seperti miniatur Indonesia dengan segala keragamannya. Salah satu bentuk keragamannya adalah dari sisi Agama yang dianut warga. Dari 5 dukuh yang terdiri dari dukuh Bojonglarang, Sadang, Linggo, Yosorejo, dan Rejosari terdapat 3 Agama yang dianut warganya. Tiga agama tersebut ialah Islam, Hindu dan Budha.

Berdasarkan data di lapangan, dengan total penduduk sebanyak 2015 orang dan dari tiga Agama berbeda terdapat 250 orang penganut agama Hindu, 1.762 orang penganut agama Islam, 2 orang penganut agama Budha. Dari data tersebut terdapat beberapa yang tidak sesuai dengan data pada DISDUKCAPIL. Karena terdapat beberapa orang yang secara administratatif beragama Islam atau Hindu namun pada realitanya pelaksanaan ritual dan ibadah yang dilakukan tetap sesuai keyakinan sendiri, di mana hal tersebut berbeda dengan catatan administrasi di data KTP. Namun hal ini tidak dipermasalahkan oleh lingkungan karena bagi masyarakat setempat Agama merupakan hal privat yang tidak perlu diketahui orang lain.

Dalam momentum keagamaan seluruh unsur masyarakat di Desa Linggoasri akan bahu membahu saling membantu dalam mempersiapkan ritual agama maupun kegiatan kebudayaan lainya, seperti halnya Maulid Nabi Muhammad SAW., dalam pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. yang akbar kepanitiaan tidak hanya terdiri dari pemuda Islam, namun pemuda Hindu bahkan Budha juga terlibat untuk membantu keberlangsungan acara. Selain itu pada saat Hari Raya Nyepi dan arak-arakan Ogoh-Ogoh, yang mana Ogoh-Ogoh tersebut tidak hanya digotong oleh pemuda Hindu, namun pemuda Islam juga ikut mengarak Ogoh-Ogoh khas agama Hindu tersebut. Bahkan saat proses pembuatan Ogoh-Ogoh pemuda Islam juga ikut serta membantu. Ketika pelaksanaan Nyepi, umat Islam tidak menggunakan pengeras suara ketika mengumandangkan adzan sebagai bentuk penghormatan bagi umat Hindu. Contoh lainnya pada saat Muharraman. Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang Istimewa bagi umat Islam. Saat bulan ini terdapat tradisi untuk menyantuni anak yatim/piatu. Di Desa Linggoasri tradisi ini tidak hanya diperuntukkan bagi umat islam, namun juga untuk umat Hindu, di mana sumber dana dan anak yang menerima santunan berasal dari umat Islam dan Hindu.

Keunikan lain dari Desa Linggoasri terletak pada lokasi pemakaman warganya. Dengan keberagaman agama yang dianut, bukan berarti tempat pemakamannya terpisah. Baik warga Islam, Hindu, Budha, maupun Katolik dimakamkan pada pemakaman yang sama. Hal ini bisa terjadi karena warga Desa Linggoasri yang sangat moderat dan menjunjung tinggi kerukunan. Alasan lainnya yakni agar saat akan mengunjungi keluarga yang sudah meninggal serta dalam perawatan makam dapat lebih mudah dilakukan. Karena pada dasarnya setiap manusia pasti menginginkan selalu dekat dengan saudaranya walaupun sudah dalam kondisi yang berbeda. Dengan adanya makam seperti ini juga menjadi symbol kerukunan yang dari dahulu sudah terbentuk di desa ini. Kerukunan ini juga tampak nyata ketika masyarakat yang berbeda keyakinan tetap memberikan penghormatan terakhirnya kepada orang yang meninggal. Mereka juga ikut serta saling bahu membahu menghantarkan jenazah sampai ke peristirahatan terakhirnya. Kesadaran Bersama akan pentingnya kerukunan dan konsep moderasi di Desa Linggoasri hari ini memang tertanam sangat kuat dan terinternalisasi dalam kehidupan sehari hari.

Tertanamnya sikap moderat dan kerukunan ini tidak lepas dari sesepuh desa yang senantiasa mengajarkan kepada warganya. Menurut sejarah, tokoh atau sesepuh yang dihormati dan dimulyakan atas jasanya menjadikan Desa Linggoasri seperti sekarang ini adalah Cakra Menggolo, Cakra Hadiningrat, Dipo Manggala, Dipo Wongso, Dipo Joyo, Dipo Taruna, Dipo Roso, dan Waris.

Posting Komentar

0 Komentar