Tradisi Kebhinekaan Berkilau di Pekalongan 2024, Ogoh-ogoh Diarak Keliling Desa Linggoasri Menyongsong Hari Raya Nyepi


Perayaan Hari Raya Nyepi di Pekalongan, pada Minggu, 10 Maret 2024, berlangsung khidmat. Perayaan Nyepi 2024 oleh umat Hindu di Kabupaten Pekalongan difokuskan di Pura Kalingga Satya Dharma di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan.

Meskipun mayoritas masyarakat Desa Linggoasri memeluk agama Islam, perayaan Nyepi di desa ini berjalan damai dan khidmat. Ikatan Remaja Masjid (IRMA) dan Banser di Desa Linggoasri turut serta dalam mengamankan jalannya prosesi Nyepi di desa tersebut. Polisi dari Polres Pekalongan juga ikut serta dalam mengamankan prosesi Nyepi, mulai dari pengamanan prosesi tawur kesanga hingga ogoh-ogoh.

Selama prosesi Nyepi, umat Islam di Desa Linggoasri tidak mengumandangkan azan dengan menggunakan pengeras suara. Warga muslim dan non-muslim lainnya di desa tersebut juga ikut menjaga situasi agar Nyepi berlangsung dengan khidmat.

Ratusan warga Desa Linggoasri dan warga lainnya di sekitar desa tersebut tampak ikut mengarak ogoh-ogoh karya pemuda pemudi Hindu keliling desa pada Minggu, 10 Maret 2024 petang. Dengan diiringi obor dari bambu atau oncor, serta tetabuhan gamelan dan kenthongan, ogoh-ogoh diarak oleh ratusan jamaah umat Hindu mengelilingi kampung dari Pura Kalingga Satya Dharma di desa tersebut.

Prosesi ogoh-ogoh merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi 2024. Prosesi ini mampu menarik perhatian pengguna jalan dan masyarakat sekitar, yang mayoritas beragama muslim. Tidak sedikit warga yang mengabadikan prosesi tersebut dengan kamera telepon seluler. Setelah diarak keliling kampung, ogoh-ogoh dibakar di depan pura, sebagai simbol pemusnahan sifat-sifat jahat agar tidak mengganggu umat manusia.

Sebelum ogoh-ogoh diarak, ratusan umat Hindu di Desa Linggoasri mengadakan prosesi tawur kesanga atau pengerupukan di Pura Kalingga Satya Dharma. Tawur kesanga dan ogoh-ogoh dilakukan sebelum umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi dengan catur bhrata, yakni amati geni (tidak menggunakan atau menghidupkan api atau menahan hawa nafsu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Posting Komentar

0 Komentar